Jumat, 27 Maret 2009

Sejarah Singkat PSM MAKASSAR


Persatuan Sepakbola Makassar atau lebih populer dengan sebutan PSM Makassar, adalah sebuah tim sepakbola Indonesia yang berbasis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tim berjuluk Juku Eja yang juga
biasa dijuluki Ayam Jantan dari Timur merupakan salah satu tim terkuat di pentas sepakbola nasional.

Itu bisa dilihat dengan tampilnya tim ini sebanyak tiga kali mewakili Indonesia di ajang Liga Champions Asia.Selain itu, PSM Makassar merupakan salah satu tim yang mencatat rekor prestasi paling stabil di era sepakbola profesional sejak Liga Indonesia digulirkan, dengan sekali menjadi juara dan empat kali tampil sebagai runner-up.

Hebatnya lagi, tim ini hanya sekali gagal menembus putaran final. Satu prestasi yang cukup spektakuler karena mampu tetap eksis dan melanjutkan keperkasaanya, seperti yang pernah dilakukan di era perserikatan.

Kisah terbentuknya PSM Makasar dimulai pada 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepakbola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian tercatat
sebagai embrio PSM. Dalam perjalanannya, MVB menampilkan putra-putra pribumi di jajaran elite persepakbolaan Hindia Belanda, seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dan cukup disegani.

Pada masa itu, sekitar 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS,
sejumlah klub dari Sumatera, Borneo, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia. Pendek kata, MVB langsung melejit sebagai klub ternama.

Sayang pada usianya yang ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Itu karena orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap, sedangkan
pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa (pekerja paksa). Sebagiannya lagi dikirim ke Burma (kini Myanmar). MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepakbola di Indonesia kala itu.

Apalagi Jepang menerapkan aturan segala yang berbau Belanda harus dimusnahkan. Tak terkecuali itu adalah klub sepakbola. Sebaliknya, untuk mencari dukungan penduduk setempat, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepakbola Makassar (PSM).

Ketika Indonesia terlepas dari penjajahan. PSM mengadakan reorganisasi dan reformasi di bawah pimpinan Achmad Saggaf yang terpilih menjadi Ketua PSM. Meskipun sederhana, namun roda kompetisi PSM mulai bergulir dengan baik dan teratur. Tampaknya udara kemerdekaan ikut memberi "nafas segar" bagi PSM.

Pada dekade 1950, PSM mulai melakukan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI. Bintang-bintang PSM pun bermunculan. Salah satunya yang paling fenomenal tentunya adalah
Ramang. Bahkan kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM dan tercatat dalam sejarah sepakbola nasional sebagai legenda itu tetap dikenang hingga saat ini. Mungkin itu pula yang membuat tim ini
terkadang dijuluki Pasukan Ramang.

PSM pertama kali menjadi juara perserikatan pada 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan di partai final yang digelar di Medan. Sejak saat itu PSM menjadi kekuatan baru di jagad sepakbola Indonesia.
Terlebih karena setelah itu prestasi tim ini terus berlanjut, sehingga membuat mereka masuk dalam jajaran elit klub di tanah air. Lima kali gelar juara perserikatan mereka raih serta beberapa kali runner-up, semakin memantapkan tim ini layak disebut sebagai jawara Perserikatan, yang hingga saat ini masih tetap menjadi tim papan atas Liga Indonesia.

Di era sepakbola profesioanl, tim ini pernah mencatat prestasi mengesankan dengan menjadi The Dreem Tim ketika mengumpulkan sejumlah pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Julianto, yang dikombinasikan dengan pemain asli Makasar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. Hebatnya, PSM kala itu hanya dua kali menelan kekalahan dari 31 pertandingan yang mereka mainkan.(www.Goal.com)

Tidak ada komentar: